Trilogi Patah Hati, Candi Sukuh, dan Kebun Teh Kemuning (1)

Ditengah getirnya masa-masa revisi yang tak kunjung berakhir, iseng-iseng saya mbolak-mbalik folder-folder foto di netbook saya. Kadang saya senyum-senyum sendiri, kadang sedih karena foto-foto tersebut hanya berakhir di folder-folder usang tanpa sempat saya tuliskan. Usut punya usut saya menemukan sebuah folder yang berisi foto-foto saya ketika mengunjungi Candi Sukuh dan kebun teh Kemuning sekitar 1,5 tahun yang lalu. Kunjungan saya ke Candi Sukuh dan kebun teh Kemuning awalnya tidak pernah saya rencanakan sama sekali, seperti biasa semuanya berjalan begitu tak terduga. Dan ternyata baru sekarang pula saya sempat menuliskannya di blog ini. Semua bermula ketika saya patah hati. Hahaha Sebenarnya ini terlalu memalukan untuk diceritakan kembali. Tapi tak apa sekedar berbagi cerita konyol yang saya alami.

Saya masih ingat betul, pada sore itu saya begitu marah, sakit hati, dan kecewa. Bagaimana tidak, kisah cinta-cintaan yang absurd ini harus kandas karena diputuskan secara sepihak. Tanpa mengajukan banding dan peninjauan kembali, saya memilih untuk menerima dan pergi. Kaca helm saya turunkan dan saya menangis sepanjang jalan. Menggelikan sekali. Rasanya begitu campur aduk, perut saya mual, ditambah lagi saya belum makan seharian. Lengkap sudah rasanya. Di tengah perjalanan menuju kost, saya mampir ke sebuah warung makan 'Sambal' di sekitaran UIN SuKa. Mata saya masih berair dan sembab ketika saya masuk dan memesan makanan. Mbak-mbak pelayan menatap bahkan melirik penuh tanda tanya. "Bodo amat saya butuh makan!" pikir saya. Walaupun nasihat saya tak sebaik Pak Mario, tapi percayalah jangan sekali-kali anda jajan ketika anda sedang patah hati. Karena semuanya berakhir dengan kalap dan buang-buang uang. Hahaha,

Setiap ingat kejadian itu, saya selalu saja tertawa. Entah kenapa saya sering sekali mengalami kejadian yang konyol, dan menggelikan. Pada saat-saat galau itulah kebiasaan buruk saya muncul. Setiap merasa stress dan banyak pikiran selalu saja saya ingin nge-gas motor dan pergi jauh. Malam itu juga pukul 20.30 malam dengan modal bensin full-tank dan uang seadanya, saya nge-gas motor ke Surakarta. Meminjam istilah milik Andrea Hirata, menurut saya inilah Penyakit Gila No 7. Patah hati mengubah orang menjadi nekat.

Saya tiba di depan kampus UMS sekitar pukul 10 malam, kemudian menelpon kakak saya, Jihad Suryo. Tujuan saya ke Surakarta memang untuk menemuinya. Saya butuh tempat curhat, brooo! Malam itu ketika menginap di kamar kostnya yang saya lakukan hanyalah menangis, berguling di kasur, dan ngomong ngalor ngidul. Seakan-akan hidup saya berakhir hanya karena masalah sepele itu. I'm sooo f**ked up. Curhatan saya yang panjang kali lebar didengarkannya sembari menonton tv dan makan gorengan, Dan akhirnya dia cuma berkomentar: L-E-B-A-IDari situ saya mengambil kesimpulan. Curhat dengan saudara kandung apalagi yang berjenis laki-laki jangan terlalu berharap anda akan menemukan sebuah solusi. Seringkali hal itu hanya berakhir dengan cemoohan bahkan bullying. Hahaha. Meskipun mereka terkesan bodo amat tetapi saya yakin mereka sangat sangaat peduli.

Esoknya harinya, daripada mendengar cerita galau saya yang membosankan, dia mengajak saya jalan-jalan. "Dolan wae ben ora stress". Main saja biar nggak stress, katanya. Setelah berkeliling-keliling Kota Solo sebentar dengan GL100, jadilah tujuan kami selanjutnya yaitu Candi Sukuh dan Kebun Teh Kemuning di Karanganyar...

(bersambung)


^^ Beberapa foto yang kami ambil di sekitar Candi Sukuh dan Kebun Teh Kemuning. Cerita dan foto selengkapnya di part 2 yaa ^^

Hamparan sawah dan permukiman dilihat dari area Candi Sukuh
(Dok. Pribadi, 2013)

Pemandangan yang hijau-hijau cocok buat yang lagi galau, hahaha *candid*
(Dok. Pribadi, 2013)

Comments

Post a Comment

Popular Posts